Selasa, 17 Februari 2015

Satu Hati
Oleh Defa Fisagety

Sungguh indah tali persahabatan ini,
bagaikan pelangi yang membumbung tinggi di angkasa.
Melodi menari mengikuti irama yang tersusun dalam untaian lagu,
lagu yang membawa kita ke dalam ritme kebersamaan

Tangis, canda tawa menghiasi kenangan-kenangan kita,
Hujan badai kita terjang, gemuruh petir kita kalahkan.
Bersatu, bersama, dan saling mengerti membuat kita terbang,
Terbang dengan kapal hingga titik tertinggi di dunia ini.

Penuh taburan cinta kasih sayang diantara kita,
Hidup kita penuh dengan hamburan bunga bunga penuh warna.
Kita sperti tumbuh abadi di puncak yang disinari mentari,
Yang akan terbang penuh harap bagaikan merpati.


Parafrase Puisi “Tuhan telah menegurmu”
Oleh Defa Fisagety

Tuhan telah menegurmu manusia dengan cukup sopan lewat perut anak-anak yang kelaparan. Mereka menangis meminta pertolongan penuh harap. Tuhan berharap kita yang mampu, agar memberi orang yang sedang membutuhkan. Kita diajarkan untuk bersedekah lewat jalan Tuhan dan itulah jalan yang benar. Kita belajar untuk berbagi satu sama lain.

Tuhan telah menegur kita lewat semayup suara adzan atau mengajak kita agar menjalankan kewajiban kita sebagai umat islam untuk beribadah solat, agar kita senantiasa meminta, ingat, dan bersyukur akan Allah yang menjaga kita, member rezeki maupun nikmat. Kita diajak dan diajarkan untuk bersujud dan memujinya lewat lantunan doa-doa solat.

Tuhan telah menegur dan mengingatkan kita dengan penuh kesabaran yaitu dengan adanya bencana-bencana yang menimpa negeri kita, Indonesia. Lewat gempa bumi yang berguncang hebat pada tahun 2006 di Kota Yogyakarta. Kejadian itu menimbulkan banyak jutaan korban, banyaknyawa melayang tertimpa bangunan-bangunan. Ada juga  kerugian harta, semua yang kita punya lenyap sekejap dalam tragedi tragis itu.

Tuhan juga telah menegur kita dengan penuh kesabaran lewat deru angin kencang yang meraung-raung mengobrak-abrik semua yang dilewatinya. Contohnya angin bohorok yang menimpa Purbalingga dewasa ini. Semua orang berteriak, menjerit, menangis, dan meminta penuh harap. Kita manusia tidak ada apa-apanya dengan Tuhan Yang Maha Esa.


Jadi apakah kita manusia tetap akan mendongak keatas? Apa kita masih akan sombong? Harusnya kita mendengar dan sadar akan kesalahan kita
Kisah hebatku
Oleh Defa Fisagety

Namaku Siti Aminah. Ya,  nampaknya ndesit, tapi itulah nama pemberian orang tuaku. Kata emakku biar kelak aku seperti Ibunda Kanjeng Nabi: tegar, namun sumber kasih saying. Aku mempunyai kakak bernama Muhammad Fatan. Sering dipanggil Fatan. Aku tak tahu mengapa bapak memberi nama demikian. Sering dipanggil Fatan. Aku tak tahu mengapa bapak demikian. Konon kata guruku, nama itu berarti sang pembebas. Ya, mungkin bapak sangat mengharapkan kakakku menjadi pembebas kami dari belenggu kegetiran hidup yang tak pernah mau beringsut dari keluarga. Tetapi aku tidak percaya itu. Selama ini bapak tak pernah mengeluh dengan kekerean mendera.

            Aku memang bukan dari keluarga kaya yang berlimpah harta, yang mampu bermandikan uang dengan penuh kebahagiaan di dalam hidup. Tetapi aku dari keluarga yang hebat, ada dua orang tuaku yang selalu  mendoakan dan selalu memberiku semangat disaat kami terjatuh. Ribuan masalah aku hadapi di dalam keluarga ini, para lintah darat menggerogoti kantong-kantong orang tuaku. Namun ayahku adalah orang yang tangguh seperti pahlawan yang berjuang melawan setiap rintangan. Ayahku adalah seseorang yang bekerja di dalam bidang seni, sang pencipta keativitas dengan warna. Goresan-goresannya mampu menghasilkan rupiah yang berguna untuk menyambung hidup.
            Sedangkan ibuku adalah seorang pegawai di salah satu instansi, dia orang yang ulet dan pekerja keras. Dia melakukan pekerjaan rumah dipagi dan malam dan juga bekerja di siang hari tanpa lelah. Berjuang menghidupi kedua anaknya yaitu kakakku dan aku adalah beban yang cukup berat, namun mereka tetap tersenyum tanpa mempedulikan diri mereka sendiri. Kasih sayang orang tua itu sepanjang masa, dan tidak akan mungkin mampu aku balas dengan apapun. Aku hanya mencoba membalas dengan kepatuhan, kasih sayang, hormat, membaantu, dan mendoakan. Itulah wujud yang aku berikan kepada orang tuaku tersayang. Sedangkan orang tuaku melakukan sayangnya dari awal matahari terbit hingga sang fajar malu menampakkan dirinya, mereka bersabar menghadapi tingkahku dan kakakku ketika kami bertengkar, ya itulah kakak adik yang selalu rewel. Akan tetapi itu menciptakan kehangatan di dalam keluarga kami dan menciptakan heharmonisan yang mengajarkan rasa sayang dan juga kebersamaan.

            Aku bersekolah di salah satu SMA negeri yang ada di kotaku, yaitu Kota Magelang. Di tempat itulah aku menimba ilmu agar kelak menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa. Aku mengambil jurusan ilmu pengetahuan social atau lebih akrab di sebut IPS. Di jurusan ini aku mendapatkan banyak sekali teman yang sanget sosialis dan saling menghargai satu sama lain. Banyak sekali keaakraban antar individu satu dengan yang lain. Aku mendapatkan banyak sekali ilmu di kelas, jika aku tidak mengerti aku akan mengejar guruku hingga aku sangat paham. Cara seperti demikianlah yang selalu orang tuaku ajarkan, supaya aku lekas paham atas materi yang di sampaikan.

            Disekolah ini aku juga tidak jarang mendapatkan prestasi kejuaraan, seperti kejuaraan di bidang seni. Tidak heran juga karena aku dialiri oleh darah ayahku. Aku sering mengikuti kejuaraan seperti lomba melukis, lomba poster, desain prangko, dan juga lomba tulis kaligrafi. Di situlah aku menggoreskan tinta emasku untuk membanggakan orang tuaku. Seni juga membuatku dapat hidup mandiri, kenapa aku berkata seperti ini, maksudnya adalah aku dapat menghasilkan barang yang bisa aku jual dan memperoleh rupiah. Aku membuat kaos-kaos yang aku desain sendiri, membuat lukisan, dan aku juga tidak jarang menggambari sepatu untuk mengangkat harga sepatu tersebut.

            Seperti itulah hobi yang aku kerjakan, aku menyukai hal tersebut karena pekerjaan yang menyenangkan adalah suatu hobi yang dibayar. Di luar kegiatan sekolah aku sering mengisi waktu luang dengan sekedar mendengarkan musik, mengobrol, dan juga bercanda dengan teman-temanku. Begitu indah masa-masa SMA ini. Kenangan seperti ini akan sulit untuk dilupakan, mungkin aku juga akan rindu kenangan itu.


            Ya itulah aku si Siti Aminah anak dari orang tua yang hebat. Semua tentangku dan semua kelebihan maupun kekuranganku akan aku perbaiki untuk dapat mengejar kesuksesan dan cita-citaku.
Bayangan Gadis yang Menghantui
Oleh Arif Zulfikar

Aku mulai tersadar, dan telah terbangun dari perjalanan indah mimpi semuku bersama gadis pujaanku. Aku telah membuka mata setelah sekian lama terpejam menikmati malam indahku, berkelana menanti senja kala siang bangunkanku. Gadis tempat kumenggantung asa telah lama pergi. Ia tak pernah kembali sejak dia memutuskan untuk pergi. Meski mentari senja tak jenuh untuk menunggu si Gadis cantik untuk kembali dalam kehidupanku. Aku tak mengerti alasan dia pergi begitu saja. Tak ada alasan ,tak ada keterangan ,Gadis pun tiada di sisiku lagi. Saat itulah aku berpikir  mungkin hanya kesalahpahaman yang membuat Gadis tersebut tidak nyaman lagi bersamaku. Aku terus merenung dan bercermin apa kesalahanku dan dimana kesalahanku. Saat itu pula aku merasa benar-benar kehilangan sosok yang aku cintai. Sosok penyemangat hidup yang setiap hari mendorongku dari keterpurukan. Ia yang juga menjadi penasehat aku ketika aku melakukan kesalahan. Mungkinkah ia sudah bosan untuk melakukan itu kepadaku.

Aku masih mengenang masa dimana kita berdua bercanda tawa. Saat itulah kita saling melempar senyuman yang indah. Banyak hal yang kita jadikan bahan pembicaraan sebagai bagian dari kehidupan kelak. Hal yang menjadikan kita lebih mengetahui satu sama lain. Demi sebuah kenyamanan yang akan terjalin erat. Menjauh dari rasa ego masing-masing agar tak ada pertikaian yang terjadi. Berjalan bersama sesuai rencana yang dijanjikan. Namun semua itu telah tiada dan tak berguna. Hanya penyesalan yang menyelimuti di senja setiap hari. Merenung dan berdiam diri yang menjadi sebuah kebiasaanku selama senja menjelang malam. Harapan yang pupus juga menghiasiku di saat akan terlelap dalam tidurku. Bayanganmu yang selalu menghantuiku membuat aku ketakutan untuk memimpikanmu.

Aku telah terbangun di pagi hari, aku menyadari bahwa kedatangan Gadis itu di masa kehidupanku sangat berarti. Tak ada syair maupun puisi yang bisa menjelaskan semua itu. Hanya surat dari Tuhanlah yang mampu menjelaskan semuanya. Hampa terasa saat aku akan begerak dan beranjak pergi. Aku berpikir “Mungkinkah ia merindukanku?”. Tak ada jawaban dari angin yang mengisyaratkan. Semua menjadi berbeda dan tak sempurna. Aku hanya bisa mengambil hikmah dari apa yang aku alami. Sesungguhnya masalah di hidup akan menjadikan diri lebih kuat. Alasannya karena bumi tak mau menerima jiwa-jiwa yang lemah. Mencoba mengikhlaskan menjdi pembelajaran di pagi hari setelah terbangun dari mimpi. Melupakan menjadi kewajiban yang harus aku jalani.

Saat matahari bersinar terang, aku pun berpikir ”Mungkinkah ia mendapatkan seorang pengganti yang lebih baik?”. Kalimat yang pertama kali muncul di pikiranku saat memanjakan jiwa raga. Gadis yang pergi tak tahu kemana dia beranjak dan menghilang jejak. Jika saat itu dia bilang aku tidak sempurna dan belum baik, maka saat itulah aku akan mencoba memperbaiki diri dari segala yang ada dari diriku. Hanya diam dan sunyi yang ada yang membuatku menjadi semakin buruk di mata Gadis itu. Bibirku juga tak mampu untuk berucap tentang hal itu. Bahkan hatiku tak berkenan untuk itu. Mungkin kurang pekanya aku dengan Gadis itu. Apa aku yang masih seperti anak-anak atau ia yang belum bsa menerima kedewasaan. Akan tetapi aku tak menyalahkan itu. Jika memang semua telah ditetapkan oleh rencana Tuhan, maka semua tak bisa dirubah.

Hari mulai senja, tak terasa bisa melewati kehidupan tanpa seorang pendamping. Aku yang selalu berdansa di ujung gelisah mampu bertahan walau diterjang berbagai halauan. Malam pun mulai menghampiri. Aku yang masih terpejam dan tak juga terlelap. hembusan nafasku, ku sebut namamu. Aku yang menyebar benih cinta namun ia tiada menuai buah cintaku. Yang ada hanya sekuntum rindu. Cintaku tak harus miliki dirimu meski perih mengiris. Iris segala janji. Disetiap Sangat pahit ketika apa yang kita janjikan menjadi sebuah kemunafikan.


Jika memnag ia sudah menemukan penggantiku dan menjadi pendamping yang lebih baik, hanya senyuman yang bisa aku berikan. Walau hati terasa perih tapi aku mencoba tegar dan merelakan apa yang sudah terjadi. Jika mungkin akan terjadi seperti dahulu, aku dan ida akan bersatu kembali, Rasanya sangat mustahil. Aku juga tidak akan mau menerima ia kembali karena aku takut akan hal ini akan terjadi. Di Alam semesta ini tidak ada satu bintang yang indah dan terang, tapi masih banyak yang lebih indah dan lebih terang. Bunga mawarpun jika sudah layu, tidak akan bisa segar kembali. Bubur juga tidak akan bisa kembali menjdai nasi. Aku yakin akan rencana Tuhan yang lebih baik . Sesekali jangan menyalahkan keadaan, apapun ynag terjadi adalah campur tangan Tuhan. Aku berpikir selalu ada cinta, untuk menjalani semua keikhlasan  dan ada selalu sayang yang melengkapi penantian. Cinta mungkin akan memberikan luka, tapi luka akan membuatmu lebik dewasa. Aku akan mencoba terbiasa hidup sendirian dan aku yakin akan lebih menghargai yang namanya kasih sayang. Bersabarlah rindu, waktu takkan berkhianat dan waktu akan menempatkanmu ditempat seharusnya kau berada, dan aku percaya itu.
Risalah Hati
OLEH ARIF ZULFIKAR

Terdengar lirih biskikanmu
Diantara bayang-bayangmu
Terucap kata cinta yang dulu tersimpan
Dan tak mau pergi
Sekejap Cinta yang terjalin
Dan menjadi sebuah cerita
Yang tak mungkin terlupa
Terukir dihati
Dan tak mau pergi
Jalinan Cinta tulus suci
Terpadu terikat erat
Jangan terpisah lagi
Waktu kan menguji
Cinta kita berdua
Tuhan Telah Menegurmu
Karya Apip Mustopa
OLEH ARIF ZULFIKAR

Tahukah Tuhan kini menegurmu,”Hai manusia?” dengan cukup sopan. Lewat perut anak-anak yang kelaparan tak bisa makan karena gagal panen dan alasan yang lain. Tahukah Tuhan kini telah menegurmu,”Hai manusai?” denagn cukup sopan saat Allah mengingatkan kepada manusia yang lalai kepadaNya karena urusan dunia untuk melakukan kewajiban solat lima waktu.
Tuhan menegur atau memberi peringatan pada kita denagn sabar, tidak murka, tak memberikan azab dan siksaan berat pada kita (manusia). Tuhan hanya memberikan teguran pada kita melalui bencana alam lewat gempa bumi, angin topan, dan lewat banjir.
Kita sebagai manusia harus berpikir dan merenung atas segala musibah dan peristiwa yang sedang terjadi. “Apakah manusia banyak berbuat maksiat dan dosa diatas bumi?”.


Parafrase puisi berjudul  ”Tuhan Telah Menegurmu” karya Apip Mustopa
OLEH SIDIQ FAUZAN


Tuhan telah menegurmu dengan cukup sopan kepada para manusia melalui perut anak-anak jalanan yang kelaparan karena tidak bisa makan, adanya konflik perang, atau kemlaratan orang tua mereka. Tuhan telah memperingatkan kepada hamba-Nya agar selalu ingat kepada-Nya  karena kebanyakan manusia mementingkan urusan dunia dan lalai akan urusan akherat, lewat suara adzan yang bergema, manusia melakukan sholat 5 waktu.

Tuhan telah menegurmu dengan cukup sabar, Tuhan tidak murka tidak langsung memberi adzab dan siksaan, hanya sebagai cobaan pada manusia yang lalai. Lewat bencana alam Tuhan memperingatkan pada manusia yang telah banyak melakukan dosa.

Para manusia yang hidup di muka bumi  harus merenung atas cobaan yang diberikan oleh Tuhan itu sebagai peringatan agar tidak selalu berbuat dosa dan kedepannya bisa bertaubat dan memperbaiki kesalahannya.