Minggu, 12 Februari 2012

TNI di KONGO Mendapat Medali PBB

Pasukan Satuan Tugas Kompi Zeni TNI Kontingen Garuda (Konga) XX-H/MONUSCO meneriakkan yel-yel seusai upacara pemberangkatan di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur (FOTO ANTARA/Widodo S. Jusuf)
Jakarta (ANTARA News) - Satuan Tugas Kompi Zeni (Satgas Kizi) TNI Konga XX-H di Kongo, mendapat Medali PBB atas keberhasilannya menjalankan misi perdamaian PBB di Kongo (Monusco) selama enam bulan.

Penyematan medali penghargaan PBB itu dilakukan Komandan Monuso Letjen Chender Prakhas di Bumi Cenderawasih Camp Dungu, Kongo, Senin (6/6), demikian perwira penerangan Konga XX-H/Monusco Lettu Inf Imam Mahmud melalui surat elektroniknya yang diterima ANTARA Jakarta, Selasa.

Medali PBB diberikan kepada Komandan Satgas Letkol Czi Widiyanto.

Letjen Prakhas mengatakan selama penugasan di Kongo, Kontingen Indonesia telah menunjukkan prestasi luar biasa.

Dicontohkannya, pembangunan jalan Dungu-Faradje sejauh 147 KM. "Kontingen Indonesia bukan hanya membangun jalan dan jembatan antara Dungu-Faradje, tetapi juga telah membangun jembatan hati antara orang Kongo dengan tentara PBB khususnya Monusco," tutur Prakhas.

Ia menambahkan, Indonesian Engineering Company (IEC) juga dinilai telah berbuat ramah terhadap penduduk lokal dan komunitas lokal.

Prakhas menyatakan Medali PBB adalah bukti nyata kontribusi IEC selama enam bulan di Kongo, sekaligus kontribusi TNI dalam menciptakan perdamaian di wilayah Kongo.

Pada kesempatan itu kepada Kontingen negara lain, Letjen Prakhas menekankan agar dapat mengambil pelajaran dan contoh dari Kontingen Zeni Indonesia dalam kerja kerasnya kepada UN dan Monusco.

Sejak 1956 Indonesia telah mengirimkan militernya untuk bergabung dalam misi perdamaian PBB di Mesir, yang dikenal dengan nama Kontingen Garuda.

Prakhas menilai, militer Indonesia mempunyai upaya tinggi sebagai pasukan penjaga perdamaian di seluruh dunia.

Saat ini terdapat 1.795 personel TNI yang tergabung dalam berbagai misi PBB.


Sumber :INDONESIA DEFENCE

Rabu, 08 Februari 2012

"Melangkah Menuju Peluncuran Satelit"




Beragamnya aplikasi satelit dan meningkatnya kebutuhan wahana ini, ditambah berlakunya pelarangan pembelian komponen pembuat roket, mendorong Indonesia mengumpulkan daya agar mandiri dalam bidang peroketan yang dikembangkan sebagai wahana pengorbit satelit.

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) yang mencapai usia 45 tahun pada 27 November lalu, sejak 2007 melakukan percepatan dalam pengembangan teknologi peroketan dan satelitnya. Percepatan itu terjadi setelah berhasil melepas ketergantungannya pada pembuatan bahan bakar propelan dari pihak asing, antara lain amonium perklorat.

Setelah sukses dengan peluncuran roket eksperimen berdiameter 320 mm atau Rx-320, Lapan berhasil melakukan uji statik Rx-420 pada Selasa (23/12) di Pusat Teknologi Wahana Dirgantara Lapan Rumpin, Tarogong, Tangerang. Pelaksanaan uji statik ini menyusul uji peluncuran roket kendali berdiamater 100 mm dan 300 mm serta roket balistik 122 mm yang diluncurkan akhir pekan lalu di Pamengpeuk, Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Seusai menyaksikan pelaksanaan uji statik Rx-420 itu, Menteri Negara Riset dan Teknologi Kusmayanto Kadiman mengatakan akan terus mendorong Lapan untuk konsisten mengembangkan roket sesuai dengan kompetensinya hingga mampu mengorbitkan satelit. ”Untuk program roket tahun 2009, saya telah mengusulkan kepada DPR dana sebesar Rp 25 miliar,” ujarnya.


Pada 2009, jelas Kepala Lapan Adi Sadewo Salatun, setelah keberhasilan uji statik Rx-420, program peroketan akan dilanjutkan dengan uji peluncuran roket tersebut yang menurut rencana dilaksanakan Mei 2009.

Dijelaskan Edi Sofyan, Ketua Kelompok Penelitian Bidang Kendali Roket Lapan, roket kendali RK-100 sebanyak tiga unit diluncurkan Sabtu (20/12) di Pamengpeuk, Garut Selatan. Misi peluncuran ini adalah untuk menguji sistem kendali pada sirip belakang.

Peluncuran RK-100, yang mempunyai panjang 4 meter ini, merupakan fase ketiga eksperimen roket itu. Fase I yang dilakukan September 2007 masih ditemukan masalah pada bagian sayap. Setelah dilakukan perbaikan, dilakukan peluncuran RK-100 fase II pada Juni 2008.

Adapun uji peluncuran roket kendali 300 mm yang merupakan tahap pertama, jelas Edi, bertujuan untuk menguji sistem pendorong roket dan turbo jet.

Pada Minggu (21/12) di lokasi yang sama dilaksanakan peluncuran tahap pertama roket balistik RB-122 yang tidak dilengkapi dengan sistem kontrol. Pada uji peluncuran ini bertujuan untuk mengukur kinerja atau performansi motor roket.

Pengujian kinerja roket baik sistem kendali dan balistik merupakan satu rangkaian dalam pengembangan roket pengorbit satelit.

Konfigurasi Rx-420-320

Roket eksperimen berdiameter 420 mm (Rx-420), pelaksanaan uji statiknya tertunda seminggu, karena diperlukan penambahan sistem penahan pada bagian ekor propulsi, agar aman. ”Dengan memasang sistem penahan yang memadai pada roket, yang ditempatkan pada posisi horizontal di lorong itu, maka roket akan tetap stabil ketika dilakukan uji penyalaan,” urai Adi.

Dalam kondisi nyala, roket Rx-420 yang menggunakan bahan bakar amonium perklorat akan memiliki daya dorong hingga 10 ton dalam waktu 11 detik. ”Lepasnya penahan pernah terjadi pada tahun 1986 dalam uji statik sebuah roket. Akibatnya, roket keluar dari block house (rumah uji),” tambah Adi.

Pengukuran hasil uji statik Rx-420, jelas Lilis Mariani, periset di Tim Uji Statik Rx-420, performasi roket ini sedikit lebih baik dibandingkan desain rencana, terutama pada daya dorong roket yang lebih tinggi dari yang direncanakan.

Roket Rx-420 ini merupakan bagian penting dalam konfigurasi Roket Pengorbit Satelit (Satellite Launch Vehicle/SLV) Pertama Lapan yang direncanakan meluncur pada tahun 2014, jelas Yus Kadarusman Markis, Kepala Pusat Teknologi Wahana Dirgantara Lapan.

Pada SLV-I itu, terdiri dari roket tiga tingkat, yaitu pada tingkat pertama dipasang tiga roket Rx-420 sebagai pendorong atau booster, pada tingkat dua satu propulsi berdiameter 420 sebagai sustainer, dan di tingkat tiga propulsi 320.

Dengan komposisi roket tersebut dan menggunakan bahan bakar propelan padat, menurut Yus, telah memadai untuk membawa satelit ke orbit. ”Roket pengorbit ini memungkinkan membawa nano satelit yang persiapannya makan waktu dua tahun,” tambah Adi.

Satu roket Rx-420 yang berbobot sekitar 2 ton memiliki jangkauan 120 km. Dengan konfigurasi itu, SLV-I diharapkan dapat menjangkau ketinggian sekitar 400 km. Roket ini dapat membawa muatan 50 kg untuk sampai pada orbit yang dicapai minimal pada ketinggian 250 km. Kecepatan horizontal roket di orbit mencapai 8 km per detik.

Saat ini Lapan tengah mengembangkan sendiri material yang lebih ringan untuk roket, karena pengembangan teknologi pembuatan baik propelan maupun material roket bersifat tertutup.

”Pembelian material dari pihak asing tidak dimungkinkan karena semua negara, termasuk China, tidak lagi memenuhi pesanan material untuk pembuatan roket dari Indonesia, sebagai negara yang masuk kategori perlu diawasi seperti Iran,” urai Yus.

Pada tahapan selanjutnya, Lapan akan terus mengembangkan roket berdiameter lebih besar, yaitu Rx-540 dan Rx-750. Roket Rx-420 merupakan roket keenam yang dikembangkan Lapan selama ini. Roket generasi terdahulu berturut-turut memiliki diameter 70, 100, 150, 250, dan 320 mm.

Sejak beberapa tahun lalu, lanjut Yus, peneliti Lapan juga telah mengembangkan bahan bakar propelan cair yang baru mencapai bobot 10 kg. Masih diperlukan waktu lama untuk sampai pada kapasitasnya untuk mendukung roket pengorbit satelit.

Kendalanya karena kurangnya sumber daya manusia peneliti dan sulitnya memperoleh bahan baku, serta tingginya tingkat kesulitan dan bahaya ledakan dalam pembuatan propelan cair. Meski begitu, Lapan harus mengembangkan pembuatan propelan cair yang memiliki kelebihan daripada propelan padat, yaitu membuat roket mudah dikendalikan ketika mengorbit.


Sumber :Kompas

Rabu, 01 Februari 2012

Operasi Khusus Terbaik di Dunia "Indonesia didalamnya"

Setiap negara biasanya memiliki unit khusus untuk menangani kasus ini. Operasi rahasia dan penuh dengan berbagai perhitungan membuat unit khusus ini merupakan pasukan spesial yang sengaja dibentuk dan banyak yang perekrutannya dilakukan secara rahasia untuk menjaga keefektifan pasukan.

Berikut 5 operasi pembebasan sandera terbaik di dunia yang tercatat dalam sejarah :

1. Operasi Nimrod / Penyanderaan Kedubes Iran di London (5 April 1980)


Operasi ini dilakukan oleh Pasukan Khusus Inggris yang terkenal di dunia, SAS. Merupakan misi penyelamatan sandera di Kedutaan Besar Iran di London. Operasi dilakukan pada siang hari dan dibawah liputan televisi serta di siarkan langsung. SAS berhasil melumpuhkan penyanderaan selama 6 hari dalam waktu hanya 11 menit saja. Aksi SAS ini menjadi contoh bagi pasukan khusus dan pasukan elite antiteror lainya di seluruh dunia.

11:30 Rabu 30 April 1980: Enam orang bersenjata Iran memaksa masuk ke Kedutaan Besar Iran di Princes Gate, London. Mereka mengalahkan pasukan penjaga kedutaan dan menyandera 26 sandera.
Para teroris, yang menyebut diri mereka 'Front Demokratik Revolusioner Arabistan' memprotes penindasan etnis Khuzestan oleh pemimpin Iran - Ayatollah Khomeini. Mereka menuntut pembebasan 91 tahanan politik yang ditahan di Iran. Mereka juga menuntut pesawat terbang sendiri dan membawa sandera keluar dari Inggris.

Para teroris yang dipimpin oleh Ali Mohammed, 27, alias 'Salim' selama beberapa hari pertama pengepungan, melepaskan beberapa sandera perempuan dan seorang karyawan BBC yang pura-pura kram perut. Pada hari Senin, dan tanpa tanda tuntutannya terpenuhi, suasana hati Salim berubah menjadi ketegangan buruk. Salim mengancam akan menembak sandera. Lavasani Abbas, seorang Iran ditembak mati dan menjadi sandera pertama yang tewas. Tubuhnya didorong keluar oleh teroris dari Kedubes.

Penembakan membuat SAS memutuskan untuk memaksa masuk. Lima penyandera bersenjata asal Iran tewas ditembak dan seorang lagi berhasil ditangkap. Dalam operasi itu, pasukan SAS membebaskan 19 sandera, namun seorang lagi tewas dan dua lainnya cedera selama baku tembak berlangsung.

2. Operasi Jonathan / Operasi Entebbe / Operasi Thunderbolt (3-4 Juli 1976)


Operasi ini dilakukan oleh Pasukan Khusus Israel Sayeret Matkal di Bandara Entebbe Uganda. Bandara Entebbe di Uganda merupakan tempat operasi penyelamatan sandera oleh Pasukan Khusus Israel Sayeret Matkal saat pesawat Air France flight139 dengan rute Perancis ke Tel Aviv dibajak oleh teroris Palestina.
Misi menyelamatan yang dilakukan oleh Pasukan Khusus Sayeret Matkal ( salah satu unit terbaik yang dimiliki oleh Israel Defense Force atau IDF ) difokuskan untuk membebaskan para sandera.
Peristiwa ini berlangsung pada malam 3 Juli dan awal pagi 4 Juli 1976. Operasi telah dirancang secara rahasia dan dilakukan menentang negara Uganda, dimana pemimpinnya, Idi Amin mendukung pembajakan tersebut.
Operasi Entebbe berhasil membebaskan 100 orang tawanan yang ada didalam pesawat Air France. Satu-satunya tentara Israel yang tewas dalam operasi itu adalah Jonathan Netanyahu (kakak dari PM Israel Benjamin Netanyahu) , yang saat itu justru menjadi Komandan Penyelamatan dalam misi yang sepenting itu. Saat kejadian itu terjadi, Yoni Netanyahu berpangkat Letnan Kolonel. Operasi ini juga menewaskan ke-enam orang pembajak, tiga sandera dan 45 orang tentara Uganda.

3. Operasi Pembebasan Pembajakan Boeing 737 Luthfansa


Operasi dilakukan oleh pasukan elite Jerman Gremzschutzgruppe 9, atau populer disebut GSG 9. Komando ini berhasil membebaskan pesawat Boeing 737 Lufthansa dengan kode penerbangan 181, pada Oktober 1977.
Lufthansa Penerbangan 181 (juga diketahui sebagai Landshut) dibajak oleh teroris Palestina dalam penerbangan dari Palma de Mallorca menuju Frankfurt.
Pembajak yang berjumlah empat orang itu termasuk beken dalam dunia terorisme internasional. Mereka adalah anggota Tentara Merah yang terkenal amat sadistis, pimpinan Hader Mahmoud, diduga seorang Palestina. Selain meminta tebusan sembilan juta Poundsterling, mereka juga menuntut sebelas anggota Baader-Meinhof dibebaskan dari penjara Jerman termasuk Andreas Baader sang pemimpin.
Setelah berkeliling dari Palma, akhirnya pesawat mendarat di Mogadishu, Somalia. Di sinilah akhirnya GSG 9 melakukan penyerbuan, 3 pembajak tewas dan 86 sandera dibebaskan. Sayangnya, pilot pesawat, Jurgen Schuman, tewas ditembak sebelum penyerbuan dilakukan.

4. Operasi Pembebasan Pembajakan Pesawat Garuda DC 9 / Operasi Woyla / Operasi Donmuang (31 Maret 1981)


Operasi dilakukan oleh pasukan elite Indonesia yang tergabung dalam Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha) , sebelum akhirnya menjadi Komando Pasukan Khusus (Kopassus).

Peristiwa Woyla adalah sebuah penerbangan maskapai Garuda Indonesia dari pelabuhan udara sipil Talangbetutu, Palembang ke Bandara Polonia, Medan yang mengalami insiden pembajakan pesawat pada 28 Maret 1981 oleh lima orang teroris yang dipimpin Imran bin Muhammad Zein, dan mengidentifikasi diri sebagai anggota kelompok Islam ekstremis "Komando Jihad".

Penerbangan dengan pesawat DC-9 Woyla tersebut berangkat dari Jakarta pada pukul 08.00 pagi, transit di Palembang, dan akan terbang ke Medan dengan perkiraan sampai pada pukul 10.55. Dalam penerbangan, pesawat tersebut tiba-tiba dibajak oleh lima orang teroris Komando Jihad yang menyamar sebagai penumpang.

Setelah mendarat sementara untuk mengisi bahan bakar di Bandara Penang, Malaysia, akhirnya pesawat tersebut terbang dan mengalami drama puncaknya di Bandara Don Mueang di Bangkok, Muang Thai tanggal 31 Maret.
Operasi pembebasan pesawat DC-9 dikenal dengan sebutan Operasi Woyla yang dimulai sehari setelah tersiarnya kabar pembajakan tersebut. Pada pukul 21.00, 29 Maret, 35 anggota Kopassandha meninggalkan Indonesia dalam sebuah DC-10, mengenakan pakaian sipil. Pemimpin CIA di Thailand menawarkan pinjaman jaket anti peluru, namun ditolak karena pasukan Kopassandha Indonesia telah membawa perlengkapan mereka sendiri dari Jakarta.
Pukul 02.30 tanggal 31 Maret, prajurit bersenjata mendekati pesawat secara diam-diam. Mereka merencanakan agar Tim Merah dan Tim Biru memanjat ke sayap pesawat dan menunggu di pintu samping. Semua jendela pesawat telah ditutup. Tim Hijau akan masuk lewat pintu belakang. Semua tim akan masuk ketika kode diberikan. Pada pukul 02.43, Tim Thailand ikut bergerak ke landasan, menunggu di landasan agar tidak ada teroris yang lolos. Kode untuk masuk diberikan, ketiga tim masuk, dengan Tim Hijau terlebih dahulu, mereka berpapasan dengan seorang teroris yang berjaga di pintu belakang.

Teroris tersebut menembak dan mengenai Achmad Kirang, salah seorang anggota Tim Hijau di bagian bawah perut yang tidak terlindungi. Teroris tersebut kemudian ditembak dan tewas di tempat. Tim Biru dan Tim Merah masuk, menembak dua teroris lain, sementara penumpang menunduk. Para penumpang kemudian disuruh keluar. Seorang teroris dengan granat tangan tiba-tiba keluar dan mencoba melemparkannya tetapi gagal meledak. Lalu anggota tim menembak dan melukainya sebelum dia sempat keluar. Teroris terakhir dinetralisir di luar pesawat.

Imran bin Muhammad Zein pemimpin pembajak selamat dalam peristiwa baku tembak tersebut dan ditangkap oleh Satuan Para Komando Kopassandha.
Tim medis kemudian datang untuk menyelamatkan pilot pesawat DC-9 Woyla, Kapten Herman Rante, yang ditembak salah satu teroris dalam serangan tersebut. Namun Kapten Herman Rante meninggal di Rumah Sakit di Bangkok beberapa hari setelah kejadian tersebut. Kedua korban peristiwa terorisme ini kemudian dimakamkan di TMP Kalibata.
Operasi kontra terorisme ini dilakukan oleh Grup-1 Para-Komando dibawah pimpinan Letnan Kolonel Infanteri Sintong Panjaitan yang kemudian beserta tim-nya dianugerahi Bintang Sakti dan dinaikkan pangkatnya satu tingkat, kecuali Achmad Kirang yang gugur di dalam operasi terebut dinaikkan pangkatnya dua tingkat secara anumerta.
Peristiwa pembajakan pesawat Garuda DC-9 Woyla ini menjadi peristiwa terorisme bermotif "jihad" pertama yang menimpa Indonesia dan satu-satunya dalam sejarah maskapai penerbangan Indonesia.

5. Operasi Pembebasan Pembajakan Kereta Api De Punt di Belanda (11 Juni 1997)

Operasi pembebasan dilakukan oleh pasukan khusus Belanda dengan menggunakan pesawat dan memuntahkan ribuan peluru. Pembebasan berlangsung sangat dramatis dan dilakukan setelah 482 jam penyanderaan.
Tanggal 23 Mei 1997 teroris yang telah ada diatas kereta menarik rem emergency dan kemudian membajaknya kereta di areal desa terpencil deket De Punt. Total ada 54 sandera.Sementara masinis kereta dibunuh. Motif penyanderaan ini karena para teroris yang berasal dari gerakan RMS (Republik Maluku Sealatan) merasa tidak diperlakukan dengan baik oleh pemerintah sejak penyanderaan pertama 2 tahun sebelumnya.
Tanggal 11 Juni, pagi hari yang tenang dikagetkan dengan suara keras dari dua F104 yang terbang rendah dengan afterburner penuh! Tiga atau empatkali jet-jet tempur tersebut terbang redah. Tujuannya ada tiga, pertama, sonic boom yang akan ditembakan untuk menghancurkan jendela sehingga akses masuk lebih mudah. Kedua, sonic boom akan membuat para sandera menunduk dan berlindung. Dan terakhir, tentu akan membuat bingung para teroris.
Langsung setelah pesawat tempur melakukan manuver terakhir, berondongan tembakan di arahkan ke gerbong kelas pertama dan kompartemen. Gerbong kelas pertama diyakini adalah posisi para teroris. Mereka sengaja membagi kereta menjadi 3 bagian. Yaitu gerbong untuk sandera wanita, gerbong untuk sandera pria, dan gerbong untuk para teroris.
Ini tentu mempermudah kerja pasukan khusus anti teror dari marinir belanda. Sedikitnya 15000 peluru di muntahkan ke gerbong tempat teroris. Akibatnya sebagian besar teroris tewas. Namun ada 1 sandera tewas karena kebetulan sandera tersebut berada di gerbong tempat teroris.
Pasukan juga melakukan penyerbuan ke dalam kereta. Mereka membawa bingkai kayu yang ukurannya sesuai dengan ukuran pintu kereta. Bingkai kayu tersebut dipasangkan peledak sehingga pintu-pintu kereta tersebut dapat di ledakkan dan pasukan menyerbu masuk untuk membebaskan sandera. [musashi]



Sumber :INDONESIA DEFENCE
http://indonesiandefense.blogspot.com